Waktu gue lagi KKN tahun kemaren, gue sama temen-temen sekelompok disuruh ngisi semacam ceramah kuliah shubuh di mesjid sekitar. Sontak kita-kita pada nyari bahan buat itu. Pengetahuan kami terlalu dangkal kalo disebut ceramah, apalagi di depan para warga dan anak-anak yang ada di sana. Jadi, kami beralibi dengan kata "sharing" dalam pelaksanaannya, lol. Beginilah kira-kira materi yang gue sampein pada saat itu:
Assalamualaikum wr. Wb
Asolatuwassalamun’ala
anbiya’i wal mursalin, waala alihi wa sohbihi ajma’in. Amma ba’du.
Puji syukur mari kita
panjatkan kepada Allah Subhanawata’alla, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah,
kita dapat berkumpul disini dalam keadaan sehat wal-afiat. Tak lupa shalawat
serta salam senantiasa kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabatnya,
keluarganya, dan kita selaku umatnya
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang
saya hormati, pada kesempatan ini saya akan sharing mengenai Bercanda dalam
Islam.
Dalam surah Al-Ahzâb
ayat 21 Allah berfirman: Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia
banyak menyebut Allah.
Sebagai manusia biasa, kadang kala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
juga bercanda. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para
sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat
mereka gembira.
Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya. Bila tertawa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melampaui batas, tetapi biasanya
hanya tersenyum. Pernah suatu saat para sahabat melihat
beliau tertawa pun hanya sampai
kelihatan gigi serinya namun tidak terbahak-bahak. Begitu pula, meski
dalam keadaan bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar.
Seperti yang dituturkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha: "Aku belum pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya,
namun beliau hanya tersenyum."
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan, para sahabat bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam: “Wahai, Rasulullah! Apakah engkau juga bersenda
gurau bersama kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: Betul,
hanya saja aku selalu berkata benar.
BEBERAPA CONTOH CANDA NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM
1. Anas Radhiyallahu ‘anhu menceritakan salah satu bentuk canda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanggilnya
dengan sebutan: Wahai, pemilik dua telinga!
2. Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya seorang laki-laki
datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai
Rasulullah, bawalah aku.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Kami akan membawamu di atas anak onta.”Laki-laki itu berkata: “Apa yang bisa aku lakukan dengan anak onta?” Maka
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Bukankah onta itu tadinya juga adalah anak onta?”
3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering kali bercanda
dan menggoda Aisyah Radhiyallahu ‘anha.
4. Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menceritakan: “Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan
al-Hasan bin Ali Radhiyallahu 'anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia
segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.”
CANDA YANG DIBOLEHKAN
Ada kalanya kita mengalami kelesuan dan ketegangan setelah menjalani
kesibukan. Atau muncul rasa jenuh dengan berbagai rutinitas dan kesibukan
sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, kita membutuhkan penyegaran dan
bercanda. Kadang kala kita bercanda dengan keluarga atau dengan sahabat. Hal
ini merupakan sesuatu yang sangat manusiawi dan dibolehkan. Begitu pula
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melakukannya. Jika kita ingin
melakukannya, maka harus memperhatikan beberapa hal yang penting dalam
bercanda.
1. Meluruskan Tujuan.
Yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu,
serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa
memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
2. Jangan berlebihan.
Sebagian orang sering kebablasan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma.
Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan
martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia
telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu
banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
3. Melihat siapa yang diajak
bercanda.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka
bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan
akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.
4. Jangan Bercanda Dalam Perkara-Perkara Yang Serius.
Ada beberapa kondisi yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda.
Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan
persaksian, dan lain sebagainya.
5. Hindari Perkara-Perkara Yang Dilarang Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, di antaranya sebagai berikut.
- Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda.
- Berdusta saat bercanda.
- Melecehkan sekelompok orang tertentu.
Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, di antaranya sebagai berikut.
- Menakut-nakuti seorang muslim dalam bercanda.
- Berdusta saat bercanda.
- Melecehkan sekelompok orang tertentu.
Demikianlah yang dapat saya
sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga dapat bermanfaat, kurang lebihnya
saya mohon maaf. Wabillahitaufik wal hidayah, wassalamualaikum wr. wb.
Source: http://almanhaj.or.id/content/3108/slash/0/bercanda-menurut-pandangan-islam/ (Note: dengan beberapa penyesuaian)
Aaaand, here are some more photographs.
0 respon: