A Will adalah album studio kedelapan oleh band rock Jepang bernama Luna Sea. Album ini dirilis pada tanggal 11 Desember 2013. Ini adalah ...


A Will adalah album studio kedelapan oleh band rock Jepang bernama Luna Sea. Album ini dirilis pada tanggal 11 Desember 2013. Ini adalah album pertama mereka dengan materi baru sejak tiga belas tahun yang lalu. Luna Sea aktif kembali pada tahun 2010 setelah bubar pada 2000. Album ini berhasil duduk di nomor 3 pada Oricon Albums Chart dan Billboard Jepang. Berikut adalah beberapa komentar personil tentang lagu-lagu di album ini:

Berbicara tentang lagu pembukanya, "Anthem of Light", Sugizo berkomentar, "Ini memang masa-masa liar, tetapi tidak ada alasan untuk melepaskan energi negatif hanya karena itu; kami membuat lagu ini dengan pemikiran bahwa justru karena kita hidup di dunia kita saat inilah, kita jadi imemerlukan musik rock sebagai peembawa cahaya."

Selain itu, Sugizo percaya tidak ada alasan bagi Luna Sea untuk memberikan pesan politik dalam lagunya. Mereka hanya menciptakan musik yang akan "merangsang imajinasi pendengar."

Di sisi lain, J merasa bahwa "Anthem of Light" adalah jawaban untuk lagu mereka sebelumnya, "Into the Sun". Keduanya memiliki ritme dan ketukan yang mirip. J menulis "Glowing", yang berfokus pada "keseksian" musik rock, yang istimewa untuk Luna Sea saat ini. J juga mengatakan bahwa meskipun itu adalah lagu yang sederhana, band ini mengerjakannya selama berbulan-bulan.

Baik "Maria" dan "Gin no Tsuki" pertama kali diluncurkan pada tahun 2010 di konser terpisah di Tokyo Dome sebagai bagian dari tur dunia reuni Luna Sea. Padahal lirik dan aransemennya telah direvisi, kemudian judulnya diubah dari "Days of Repetition".

Versi album dari lagu "Ran" sedikit berbeda dari single cutnya.

Sugizo menggambarkan lagu "Metamorphosis" sebagai "karya progresif dalam bentuk hardcore.hardcore/speed metal" di mana permainan drum Shinya bersinar. Sugizo juga menyamakannya dengan lagu-lagu mereka sebelumnya seperti "Fate" dan "In Future".

J mengatakan bahwa bagian string di akhir lagu terakhir "Grace" menghubungkan kembali ke lagu pertama di album ini.

No.TitleLength
1."Anthem of Light" (Originally composed by J.)4:16
2."Rouge" (Originally composed by Sugizo.)4:29
3."The End of The Dream" (Originally composed by J.)4:00
4."Maria" (Originally composed by Inoran.[11] Originally written by Inoran and Ryuichi.)5:28
5."Glowing" (Originally composed by J.)4:27
6."Ran (「乱」romanized as "Run" by the band)" (Originally composed by Sugizo.)4:28
7."Absorb" (Originally composed by Inoran.[5])6:18
8."Metamorphosis" (Originally composed by Sugizo.)5:47
9."Gin no Tsuki (銀ノ月)" (Originally composed by Sugizo.)5:32
10."Thoughts" (Originally composed by Inoran.)4:04
11."Grace" (Originally composed by J.)5:11

P.S. Sudah lama sekali saya tidak mendengarkan lagu-lagu Luna Sea. Tapi ada satu lagu versi cover yang berkesan dari Luna Sea yang sering saya putar, yaitu True Blue. Sangat menarik melihat True Blue dibawakan dalam balutan melodic death metal oleh Blood Stain Child di video ini:

Image source: http://www.cdjapan.co.jp Tracklist ======= 1. "Déjàvu"  ( Mucc ) 5:37 2. "Sweetest Coma Again"  (...



Image source: http://www.cdjapan.co.jp

Tracklist
=======
1."Déjàvu" (Mucc)5:37
2."Sweetest Coma Again" (Abingdon Boys School)5:31
3."Storm(Nami Tamaki)4:54
4."Precious..." (Merry)4:39
5."Rosier(High and Mighty Color)4:44
6."I for You(Juichi Morishige of Ziggy)5:16
7."In My Dream (With Shiver)(LM.C)5:24
8."End of Sorrow(Yu-Ki & DJ Koo of TRF)4:56
9."Love Song(Kannivalism)7:17
10."Shine(Marty Friedman Vs. Legend Feat. Shinichiro Suzuki)4:10
11."Wish" (Sid)4:36
12."Moon" (Masami Tsuchiya)

Luna Sea Memorial Cover Album -Re:birth- adalah sebuah Luna Sea tribute album yang dirilis pada tanggal 19 Desember 2007. Album ini mengoleksi cover version dari lagu Luna Sea yang dibawakan oleh beragam artis. Perilisan album ini beriringan dengan one-night reunion concert Luna Sea pada malam Natal di tanggal 24 Desember 2007.

Di sini saya bakal bahas beberapa lagu yang cukup memorable. Album ini dibuka oleh vokal husky dari Mucc yang sangat menghibur untuk sing-along. Di lagu kedua, Takanori Nishikawa dan band Abingdon Boys School masih mengandalkan aransemen alternative rock dan electronica dengan progresi akor non-linearnya. Kannivalism mempunyai pendekatan unik pada Love Song. Efeknya terasa post-rockish dengan distorsi. Karakteristiknya vokalnya sangat kontras dengan versi original meskipun terdapat atmosfir gloomy di lagunya.

Sang diva Nami Tamaki membawa badai tersendiri pada lagu Storm. Tentu sentuhan baru terasa karena kali ini Storm dibawakan dengan vokal perempuan. Lagu ini punya build up yang kuat dan tenaga yang cukup. Efek elektroniknya benar-benar pas dengan vokal Nami Tamaki yang sengaja tidak terlalu lantang.

Pendengar album ini dibuat rehat sejenak dengan sebuah heartwarming ballad dari Juichi. Personil Ziggy ini sukses memberikan chill dan feel dari lagu I For You. Sementara itu LM.C masih tetap dengan pakem oshare kei, mereka menambahkan autotune di lagu yang mereka bawakan.

Shine telah menjadi salah satu Luna Sea yang paling ceria untuk dimainkan. Marty Friedman VS Legend feat. Shinichiro Suzuki sukses membawakan ini dengan ketenangan yang sejuk. Kalau kalian suka lagu ini, amber gris juga mengcovernya di album kompilasi Crush! 2 -90's V-Rock Best Hit Cover Songs-.

Salah satu track yang paling menonjol di album ini adalah Rosier. H&M Color pada masanya benar-benar membuat lagu ini jadi milik mereka. Lihat saja gaya musiknya dari screaming vocal di awal dan akhir lagu, dipadu  clean vocal yang manis di bagian reff. Menarik juga bagaimana mereka menggunakan breakdown berbeda dari versi original. Tahun 2012, lagu ini dicover oleh defspiral di album Crush! 3 -90's V-Rock Best Hit Cover LOVE Songs-.

Mesin Tempur on stage. Sudah seminggu sejak Sonic Fair 2017. Event metal ini bisa dibilang versi kecil dari Hammersonic. Dengan lineup ...

Mesin Tempur on stage.
Sudah seminggu sejak Sonic Fair 2017. Event metal ini bisa dibilang versi kecil dari Hammersonic. Dengan lineup yang kebanyakan diisi oleh band-band yang sangat brutal, pengunjung seharusnya bisa dipuaskan dengan keberisikan yang mereka harapkan.

Masuk ke dalam venue event bukanlah pilihan bijak jika kamu ingin bebas keluar-masuk saat event berlangsung. Pasalnya, tiket event ini hanya berlaku satu arah. Artinya, sekali berada di dalam, kamu tidak akan bisa keluar lagi. Sungguh disayangkan. Aturan tiket ini salah satu aturan terkonyol dan tertolol yang bisa mereka tawarkan. Para pengunjung pun banyak yang kecewa dengan hal ini. Band favorit mereka yang ternyata main di malam hari terpaksa mereka tinggalkan demi keluar.

Tapi tunggu, aturan tiket ini mungkin bukan tanpa alasan. Mengingat venue kali ini berada di sebuah pusat pelatihan militer, rasanya cukup wajar jika panitia lebih ketat dengan urusan keluar-masuk. Berikut adalah foto-foto di dalam venue.






Mesin Tempur dan segala penonton yang menyangga
Ah. Mesin Tempur. Band yang sangat kontroversial atas kata-kata mereka yang vulgar. Aksi panggung mereka apalagi, banyak lelucon-lelucon slapstick yang kasar dan mengocok perut para penonton. Jangan repot-repot menghitung berapa kata "Anjing", hinaan fisik, dan lempar-lemparan yang mereka lontarkan selama bermain dalam kostum bertopeng tengkorak. Lagu-lagu jagoan mereka seperti "Becak Tiguling", "Mari Membaca" dan "Aku Death Metal" berhasil memanaskan suasana penonton yang rela berdesak-desakan.

DeadSquad on stage
DeadSquad mengguncang panggung utama dengan lagu "Pasukan Mati" yang sudah familier di antara penggemar karena memang begitulah sebutan bagi fans mereka. Sound yang mereka hasilkan sangat menggelegar meski terlalu tinggi pada bass. Penampilan DeadSquad ditutup dengan manis oleh lagu "Manufaktur Replika Baptis" yang sangat teknikal dan seru.


Revenge The Fate on stage
Band ini sudah malang-melintang sejak lama berkiprah dalam genre deathcore di Indonesia sejak lagunya yang berjudul "Poseidon" dan "Ambisi". Perkembangan aksi panggung mereka pun meningkat pesat sejak mereka meninggalkan clean vocal secara bertahap. "Pembalasan" dibawakan dengan penuh energi sampai-sampai RTF Colony yang berada di garis depan asyik headbang bersamaan sambil mengibarkan spanduk. Memang terkenal solid fans mereka ini. Hampir di setiap konser, fans-nya selalu merangkul orang di samping mereka untuk headbang bersama, tak peduli siapapun orangnya.


Beside on stage
Sudah 20 tahun band ini eksis. Penampilan mereka dibuka selepas maghrib dengan sebuah track interlude di album "Eleven Heroes" yang berjudul "Reborn". Beside kemudian berhasil mengajak penonton melakukan wall of death dan berujung pada circle pit yang cukup megah dalam balutan lumpur. Ide ini bisa dibilang cukup gila karena kondisi lapangan yang basah dan licin. Kamu bisa saja jatuh dan cedera di sana, tapi sang vokalis senantiasa mengimbau untuk saling membantu jika ada yang jatuh.
Alunan melodic death metal yang mereka bawakan baru terdengar segar dalam lagu debut mereka yaitu "Aku Adalah Tuhan". Sebelumnya mereka sempat pula membawakan beberapa lagu dari "Eleven Heroes", salah satunya adalah "Spirit In Black" yang bisa jadi masih terngiang di telinga penonton.



Rocket Rockers on stage. 
Aska sebagai frontman nampaknya sudah piawai menggiring penonton ke arah yang positif untuk mereka. Banyak nilai-nilai yang disampaikan Rocket Rockers yang seiring dengan lagu mereka. . Contohnya, lagu "Ingin Hilang Ingatan" yang liriknya sempat diubah menjadi "dia yang ada duitnya" alih-alih "dia yang ada segalanya." Aska dengan lantang berteriak, "Fuck untuk kalian teman-teman yang cinta hanya karena uang!"
Di lagu lain seperti "Mimpi Menjadi Sarjana", Rocket Rockers mendoakan teman-teman penonton yang belum lulus agar cepat dapat gelar sarjana. Sungguh mulia. Salah satu lagu terakhir yang mereka bawakan adalah "Dia", dibawakan dengan upbeat namun mendayu-dayu. Mereka juga sempat memadukannya dengan cover medley sebuah lagu Linkin Park dan Soundgardern untuk mengenang Chester Bennington dan Chris Cornell.

Seringai on stage
Dad stoner metal. Itulah yang terbayang jika mendengar tentang band yang satu ini. Arian Arifin yang selalu murah senyum sangat mewakili Seringai. Lineup mereka diperkuat oleh gitaris Jasad dan Eben dari Burgerkill sebagai persembahan untuk Eben karena dia berulang-tahun. Kebanyakan orang tidak menyangka lagu seperti "Program Party Seringai" dan  "Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan)" yang sangat mereka nikmati sebagai Serigala Militia bakal menjadi penutup rangkaian acara Sonic Fair 2017.

Mana Rings of Saturn dan Devourment? Lupakan saja mereka jika kamu datang menjelang malam seperti saya. Mereka sudah tampil sekitar jam 4. Seharusnya mereka tampil setelah Revenge The Fate, tapi mereka malah tidak tampil di panggung utama. Ketidakjelasan siapa-siapa yang tampil di black stage dan main stage sepertinya cukup membuat pengunjung kebingungan. Terlebih, sebelum hari-H, beredar rundown dengan versi berbeda dengan apa yang ada di venue. Entah itu hoax atau bagaimana, bisa jadi panitia mengatur ulang jadwal untuk menyesuaikan dengan batas penyelenggaraan acara dari pihak venue. Berikut adalah rundown resmi yang ada di venue.


Dan begitulah. Acara Sonic Fair 2017 berakhir sekitar jam 20.00. Secara keseluruhan, rangkaian acara Sonic Fair terkesan terburu-buru. Nuansa konser yang seharusnya menyenangkan pun terasa janggal. Tapi perlu diingat, panitia pun sudah berusaha keras mengakali sampai benar-benar terlaksana dan berlangsung cukup tertib. Semoga tahun depan Sonic Fair bisa lebih baik lagi. Cheers.