Trick 91 Lanjutan Translation Part 2. Here we go. Pentingnya sumber daya manusia dalam perkembangan ekonomi sangat jelas diilus...

Translation Part 3 - Sumber Daya Manusia dan Perkembangan Ekonomi

Trick 91


Lanjutan Translation Part 2. Here we go.


Pentingnya sumber daya manusia dalam perkembangan ekonomi sangat jelas diilustrasikan di sebuah buku oleh Frederick H. Harbison. Dalam buku tersebut, dia menyebutkan “bahwa sumber daya manusia---bukan nilai, bukan pendapatan, bukan sumber daya material---membangun landasan terbesar dari kekayaan bangsa-bangsa.” Seperti yang diindikasikan kutipan tersebut, Harbison. Menunjukkan bahwa kekayaan dan sumber daya material adalah faktor pasif produksi yang hanya dipicu secara cepat oleh sumber daya manusia. Dia mengatakan bahwa

            “Manusia adalah agen aktif yang mengumpulkan kekayaan, memanfaatkan sumberdaya alam, membangun iorganisasi sosial, ekonomi dan politik, dan membawa perkembangan negara. Sangat jelas, sebuah negara yang tidak dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan masyarakatnya dan menggunakannya secara efektif dalam ekonomi nasional tidak akan mampu mengembangkan apa-apa.”

Sesuai dengan pernyataan di atas, Harbison  menyebutkan bahwa kekayaan bangsa seharusnya tidak diukur dalam hal produk nasional kasar, pendapatan nasional, dan produk domestik kasar, tetapi juga menggambarkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama kebijakan nasional ekonomi, persediaan dan persyaratan kekayaan manusia. Jadi,kekuatan ekonomi nasional akan secara akurat terukur oleh apakah sumber daya manusianya cukup berkembang dan digunakan secara tepat. Pendidikan, menurutnya, adalah instrumen utama untuk menyelesaikan masalah ekonomi yang berhubungan  dengan kurangnya perkembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia.

Penelitian dan tulisan di bidang ini diantaranya berisi aspek  sosiologis sampai pengukuran matematika yang tepat dari kontribusi kekayaan manusia dalam perkembangan ekonomi. Banyak penelitian dilaksanakan secara internasional untuk menganalisa pentingnya pendidikan dan perolehan ilmu pengetahuan di negara-negara berkembang.  W. Arthur Lewis, bekerja secara ekstensif di negara-negara yang belum ter-industrialisasi, mengamati bahwa tingkat kemampuan baca dan tulis serta jenis keadaan sosial digabungkan baik itu untuk memajukan atau menghambat perkembangan teknologi. Masyarakat dengan sistem kelas yang kaku cenderung menolak pendidikan, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Dan juga, telah diamati bahwa “efek penyerapan” tertentu bekerja saat massa haru memiliki tingkat pendidikan minimum agar menjadi konsumen yang cerdas. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan baca dan tulis tidak dapat menghargai atau mendapat manfaat kemajuan teknologi. Jadi, pendidikan penting bukan hanya sebagai investasi langsung dalam output tetapi juga sebagai kebaikan konsumen, untuk memungkinkan mereka menikmati dan memahami dengan lebih baik.

Di luar aspek penyerapan dan kensumsi, produksi ekonomi sebuah bangsa “adalah sebuiah fungsi dari infrastruktur yang telah dikembangkannya dan keterampilan masyarakatnya.” Keahlian dan kompetensi dalam kekuatan bekerja diperoleh umumnya melalui sitem edukasi formal yang didesain untuk menyampaikan pegetahuan, keterampilan dan teknik yang diperoleh. Ginsberg mengamati bahwa pendidikan formal adalah sumber utama perolehan keahlian yang dibutuhkan untuk perkembangan ekonomi.

            “Pengalaman bertahun-tahun dengan instruksi didaktis di kelas, didukung oleh tugas membaca dari luar, menghasiljan pemuda yang memperoleh  pengetahuan yang luas sehingga membantu menginformasikan penilaianya terhadap masalah pribadi dan umum yang mereka harus tindaklanjuti. Sekolah-sekolah tidak hanya sebatas bertanggungjawab atas hal ini, karena media juga berperan penting di dalamnya. Kontribusi edukasi formal adalah hal yang utama.”

Tentu saja, tidak akan akurat jika mengaitkan semua perolehan pengetahuan dan keterampilan pada proses sekolah formal. Pembentukkan pengetahuan dan keahlian sebenarnya datang dari tiga cara: pertama, sekolah formal umum; kedua, pendidikan formal kejuruan yang  meluas dari sekolah menengah atas ke sekolah profesi; dan ketiga, kesempatan belajar yang disediakan oleh pekerja melalui latihan kerja atau program khusus, yang biasanya berbentuk seminar pendek intensif dan dengan target persetujuan-manusia dan pekerja berdasi putih. Semua ini dikmbinasikan untuk membangun jumlah total investasi pendidikan.

Lebih luas lagi, investasi sumber daya manusia tidak seharusnya dipandang sebatas perolehan pengetahuan dan keterampilan, tetapi harus juga termasuk kesehatan sebuah negara. Tidak perlu disebutkan lagi bahwa sebuah negara yang masyarakatnya menderita kelaparan dan kesehatan yang buruk  tidak akan produktif secara ekonomi. Politik dan ekonomi politik masyarakat manapun pada awalnya adalah “politik roti,” sebuah alat ukur yang dilandasi penentuan nutrisi. Saat kebutuhan nutrisi dasar terpenuhi individu dapat akan dapat merubah pemikiran dan perilakunya menuju pertimbangan ekonomi yang lebih tinggi yang akhirnya meningkatkan produktifitas keseluruhan. Kemajuan dalam kesehatan umumnya memperbanyak produktifitas seseorang dan membuat investasi pendidikan lebih menguntungkan.

Mengukur Manfaat Pendidikan

Manfaat pendidikan dapat secara luas didefinisikan sebagai apapun yang a) meningkatkan produksi melaui peningkatan kapasitas kerja; b) meningkatkan efesiensi dengan mengurangi biaya, sehingga melepaskan sumber daya untuk sesuatu yang produktif; dan c) meningkatkan kesadaran sosial masyarakat sehingga standar kehidupan meningkat. Di luar generalisasi ini, pengukuran manfaat pandidikan yang sebenarnya menjadi semakin sulit. Sejak awal tahun 1960-an, ribuan proyek penelitian telah diadakan untuk mencari jumalh manfaat pendidikan, semua bagian-bagian yang mendukung untuk puzzle yang rumit telah dikumpulkan tetapi tidak ada yang dapat mengukur secara tepat seperti yang diinginkan. Kebanyakan analisisnya dapat dikategorikan menjadi empat pendekatan dasar. (1) analisis hubungan sederhana, (2) pendekatan residual, (3) nilai kas atau pengembalian moneter, dan (4) keuntungan biaya atau metode tingkat pengembalian.

Pendekatan Analisis Hubungan

Mungkin pendekatan yang paling kurang memuaskan untuk mengukur keuntungan pendidikan  adalah membandingkan tingkat perolehan pendidikan dengan indikator sosioekonomi lainnya. Contohnya, jumlah tahun belajar untuk orang di kelompok umur tertentu dapat dibandingkan dengan penghasilan tahunannya. Peneliti dapat juga membandingkan hubungan antara penghasilan pekerja dengan tingkat pendidikan, penjualan dan tahun belajar di sekolah, sikap ekonomi dan tingkat pendidikan, atau orang-orang yang keluar dari sekolah dengan kerugian tahunan.

Pada skala ekonomi makro, kajian tersebut dapat menghubungkan sebuah indeks pencapaian pendidikan ke GNP perkapita, pendapatan nasional perkapita, atau pengukuran ekonomi luas lainnya. Misalnya, perbandingan pendaftaran ditemukan mempunyai korelasi positif dengan GNP perkapita.

Meski membantu, kajian ini jauh dari definitif, karena kajian tersebut tidak mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Faktor penting lain yang berhubungan dengan keduanya mungkin ada, dan mempengaruhi hubungan positifnya.

Residual Approach

Penemuan bahwa inpt klasikal tanah, pekerjaan dan kekayaan bukan hanya sebatas penentu kemajuan ekonomi sebuah bangsa adalah dasar dari analisis ekonomi makro lain yang mencari dan menarik keluar kontributor-kontributor pertumbuuhan ekonomi. Para pakar ekonomi menemukan bahwa bahkan setelah input fisik dipertimbangkan, residu tetap dan tak teridentifikasi masih ada. Kendrick meneliti fenomena ini di tahun 1961 dan memperkirakan bahwa selama periode antara 1889 dan 1957 sebuah indek yang disatukan dari input meningkatkan 1,9 persent per tahun sementara indeks output negara meningkat 3,5 persen per tahun, meninggalkan kesenjangan yang tak dapat dijelaskan sebanyak 1,6 persen per tahun. Dia menmemukan bahwa sekitar 80 persen output yang meningkat per unit  dari input pekerja dapat dikaitkan dengan sebuah residual. Yang tidak termasuk tanah, pekerja, dan kekayaan. Dia berpendapat, namun tidakmendukung klaim nahwa residual tersebut dapat sangat dijelaskan oleh investasi dalam pendidikan, penelitian, dan perkembangan serta kekayaan tak berwujud lainnya.

Sisa---porsi pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh peningkatan pendapatan nasional yang tak dapat diketahui dengan meningkatnya produksi tanah, pekerja, dan kekayaan----disetujui oleh sebuah metode yang berisi tiga kategori input utama yang diperkirakan untuk membuat bagian konstan tertentu dari fungsi produksi agregat yang mebangun semua output. Jika sebuah periode waktu dipertimbangkan, misalnya dari tahun 1929 sampai 1957, dan tingkat pertumbuhan per tahunnya dihitung berdasarkan kepemilikan tanah, pekerja dan kekayaan, dengan persentasi masing-masingnya Denison menemukan bahwa rata-rata tinkay pertumbuhan tahunan  dalam penghasilan bahan adalah 2,93 persen, namun total tanah, pekerja dan kekayaan hanya 2,0 persen, meninggalkan kesenjangan 0,93 persen. Jadi, pendapatan nasional telah meningkay sebanyak 2,93 persen per tahun, dan input tradisional tanah, pekerja dan kekayaan tidak dapat menjelaskan semua peningkatannya.  Perbedaan tidak jelas ini dinyatakan sebagai sisa, yang menimbulkan percikan pada penelitian nilai pendidikan dan pengetahuan.

Schultz dan Denison melakukan penelitian untuk menjelasakan sisa tersebut dan menentukan porsi mana yang bisa dikaitkan dengan pendidikan. Penelitian Schultz adalah usaha serius pertama, dan oendekatannya adalah untuk menentukan sebanyak apa peningkatan dalam pendapatan pekerja dikaitakn pada peningkatan kekayaan manusia. Untuk melakuaknnya, dia memperkirakan total tahun sekolah dilengkapi dengan kekuatan pekerja dari tahun 1900 sampai 1957. Lalu dia menempatkan nilai dari total tahun sekolah. Dia menemukan bahwa nilai saham pendidikan selama periode ini meningkat 286 juta dolar.

Dia melakukan pendekatan tingkat pengembalian yang dapat bervariasi tergantung dari persentasi yang ada. Schultz menunjukkan bahwa persentasi penghasilan pekerja dapat juga diperkirakan masing-masing 36 dan 70 persen.

Metodologi Schultz, walaupun memberikan hasil yang bergantung pada tingkat pengembalian, adalah kontribusi besar karena membangun usaha pertama untuk memperlakuakn pendidikan sebagai faktor produksi terpisah dalam pertumbuhan ekonomi nasional.

Tidak lama setelah publikasi kajian Schultz, Denison menghasilkan analisis yang lebih lengkap dari sumber-sumbepertumbuhan ekonomi dan tahun 1974 dia melakukan penelitian lanjutan. Pada dasarnya metode yang digunakannya adalah Pertama dia menghitung indeks pemberat dengan membangun penghasilan relatif rata-rata dari pria dan wanita pada 7 ltingkat pendidikan berbeda, mulai dari yang paling dasar yang dia tunjuk pada indeks 100. Kemudain dia mengalikan indeks pendidikan dengan distribusi pekerja pada setiap tingkat pendididkan. Indeks digunakan dan disesuaikan pada tahun sekolah lebih sedikit dari 180 hari.

Data hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan kekuatan pekerja mempengaruh input per hari. Denison memperkirakan kontribusi pendidikan  untuk tumbuh dalam pendapatan nasional untuk waktu dengan interval tertentu. Hasilnya dapat dilihat secara rinci pada tabel 3-1 dan 3-2.

Pendekatan sisa berlanjut menjadi alat ukur yang berguna dalam mengukur kontribusi pendidikan pada pertumbuhan pendapatan nasional nyata. Penelitian menggunakan metode tersebut telah dilakukan di berbagai negara dan menghasilkan hasil yang berbeda-beda pula.

Analisis ekonomi gagal menjelaskan mengapa kontribusi pendidikan sangat bervariasi di setiap negara. Dua negara mungkin mempunyai pertmbhan pendapatan nasional yang relatif tinggi tetapi kontribusi pendidikannya berbeda pada perkembangan ini. Beberapa penjelasan telah diajukan. Pertama, sudah dijelaskan bahwa  agregat pendidikan dari kekuatan pekerja meningkat seiring kekuatan pekerja meluas, walaupun tingkay setiap pekerja tidak meningkat. Jadi, variasi dalam peningkatan jumlah kekuatan pekerja dapat membuat perkiraan bervariasi antar negara. Kedua, jenis dan tingkat pendidikan kekuatan pekerja mempuunyai pengaruh pada produktifitas. Ketiga, tidak banyak yang diketahui tentang kombinasi pendidikan, pekerjaan dan kekayaan yang menghasilkan keuntungan ekonomi paling besar. Secara umum, penelitian tersebut telah gagal menghasilkan penemuan yang definitif. Mengenai level optimal dari setiap komponen pertumbuhan ekonomi.

Pendekatan Nilai Kas

Keuntungan pendidikan dapat juga diukur dengan menghubungkan pendapatan dengan tingkat pendidikan individu. Rata-rata, individu dengan tingkat pendidikan akhir sekolah menengah atas akan mempunyai pendapatan lebih besar daripada individu lulusan sekolah menengah pertama. Pola ini sudah ada selama bertahun-tahun. Dtabel 3-3 menunjukkan bagaimana tingkat pendidikan dibandingkan.

Kontinuitas hubungan antara lebih banyak pendidikan lebih banyak pula pendapatan menolak peringatan terdahulu dari para pakar ekonomi seperti Seymour Harris dari Hardvard, yang pada tahun 1949 memperingatkan bahwa peningkatan tetap pada lulusan perguruan tinggi akan membanjiri lowongan kerja dan membuat kekuatan pendapatan relatif menurun. Dia dengan ragu menyimpulakn bahwa “mahasiswa dalam 20 tahun ke depan akan mengalami kekecewaan setelah kelulusan karena jumlah lowongan pekerjaan akan menurun.”

Kesimpulan tersebut tidak mempertimbangkan pengaruh ekspansif dari pendidikan pada ekonomi; kinerja yang lebih terdidik  akan menimpulakn permintaan ekonomi untuk produk yang hanya dapat diproduksi dengan pekerja yang lebih terdidik. “Permintaan untuk pekerja yang sangat terlatih telah mengimbangi persediaan sehingga mereka dipekerjakan secara penuh.” Jadi, keuntungan moneter pendidikan telah terdokumentasi secara baik dan orang yang melanjutkan ke tingkat pendidikan lebih tinggi dapat merasa tenang dengan pengetahuannya, rata-rata, mempunyai kesempatan lebih besar dalam memperoleh penghasilan selama masa hidupnya. Hal ini tentu saja tidak menjamin bahwa setiap individu akan mendapatkan penghasilan lebih dari individu yang berpendidikan rendah. Sejarah kita penuh dengan orang-orang yang belajar sendiri tanpa edukasi formal menjadi mandiri secara ekonomi. Secara relatif, bagaimanapun, kemungkinan lebih besar untuk sukses secara ekonomi jika individu mendapat lebih banyak pendidikan.

Di tingkat sekolah yang berbeda, pendekatan pengembalian moneter langsung untuk mengukur keinginan ekonomi untuk mendapatkan sebuah pendidikan tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan, karena meskipun akurat, hal tersebut tidak memepertimbangkan  pentingnya elemen biaya. Hal ini hanya dipandang sebagai keuntungan. Untuk mempertiimbangkan biaya butuh analisis yang lebih rumit terhadap nilai pendidikan.
         
Pendekatan Manfaat-Biaya

Sebuah metode alternatif untuk menunjukkan nilai pendidikan adalah dengan menghubungkan biaya pendidikan dengan manfaat yang dapat diperoleh, dan dari penghitungan tingkat pengembalian atau perbandingan manfaat-biaya. Ini adalah metode menilai jaringan pendidikan yang berisi biaya memperoleh pendidikan yang dikurangi perolehan moneter selama masa kerja seorang individu.

Pendidikan mempunyai biaya pribadi dan sosial, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Jika siswa mengikuti sekolah privat, beban langsung biaya yang ditanggung adalah untuk pengajaran, iuran, buku, ruangan dan asrama. Di sekolah publik, kebanyakan biaya ini termasuk dalam harta masyarakat sehingga menjadi biaya sosial. Biaya yang tidak langsung terwujud dalam pendapatan yang dilepaskan oleh semua orang yang berada di usia kerja, tetapi pendapatan yang dilepaskan juga merupakan biaya bagi masyarakat, sebuah penhurangan dalam total produktifitas negara. Hal ini dapat dipandang secara ekonomi makro, namun dapat pula diukur dalam jumlah pajak yang dilepaskan sebuah negara ketika seseorang tidak bekerja. Tentu saja, negara disini berasumsi, begitu juga individu, bahwa pendapatan dilepaskan demi pendidikan pada titik-titik paling awal dalam karir seseorang akan menghasilkan hasil yang lebih besar kemudian. Ini adalah esensi dari gagasan investasi dalam pendidikan. Tabel 2-4 menunjukkan jenis-jenis utama biaya.

Dalam hal biaya, ada banyak masalah dengan kajian-kajian tingkat pengembalian yang telah dilaksanakan. Schultz menyatakan bahwa hanya setengah dari total biaya sosial  untuk pendidikan yang seharusnya dianggap sebagai investasi. Perlu disadari bahwa semua pendidikan tidak menjanjikan sebagai investasi. Banyak pengalaman pendidikan yang ditempuh individu hanya dikonsumsi dan dinikmati tanpa pemikiran seberapa biaya yang dihabiskan pendidikan dapat menghasilkan bagi mereka di masa yang akan datang.

Shaffer telah menyatakan  bahwa seluruh gagasan tingkat pengembalian dari analisis pendidikan tidak mempunyai tempat dalam teori ekonomi karena  tidak ada cara untuk secara tepat membagi biaya di antara konsumsi dan manfaat. Dia berkata bahwa:
           
            ”Setiap usaha untuk menunjukkan bahwa rasional individu cenderung melakukan pengeluaran untuk pendidikan sampai produktifitas marjinal kekayaan manusia yang dihasilkan oleh proses pendidikan sama dengan tingkat bunga----sebuah titik pengeluaran marjinal untuk pendidikan menghasilkan pengembalian sebanding dengan pengembalian pengeluaran marjinal dari faktor produksi yang lainnya----akan menjadi sebuah penghinaan pada teori ekonomi.

Shaffer mengakui sebuah pandangan yang cenderung ekstrim, yang menolak pendapat bahwa pendidikan diperlakukan sebagai keuntungan keuangan, tetapi bahkan sebagai pendukung investasi harus mengakui bahwa banyak ketidaktepatan pengukuran yang ditimbulkan oleh masalah-masalah sulit dari penandaan konsumsi  dari investasi. Misalnya, jika saja satu setengah biaya pendidikan dapat dikaitkan dengan konsumsi, maka keuntungan yang diperoleh, dibandingkan dengan investasi sebenarnya, akan menjadi dua kali lipat. Seperti yang diamati oleh Bowen, bagi mereka yang  mengatakan bahwa masa-masa kuliah adalah “masa-masa terbaik dalam hidup,” porsi konsumsi mungkin menjadi lebih dari satu setengah. Dan juga, kajian kemanusiaan, seni dan musik mungkin mempunyai tujuan konsumsi lebih tinggi daripada kajian bisnis, pendidikan, atau hukum. Tentunya, akan terlihat seakan ada konsumsi rendah dalam pelatihan kejuruan, yang didesain secara spesifik untuk pekerjaan tertentu.

Masalah ini tidak pernah terpecahkan secara memuaskan dan sepertinya tidak akan pernah. Namun, pendukung pendidikan mungkin dapat merasa lega karena mengetahui bahwa di kebanyakan penelitian sedikit atau tidak ada biaya yang dapat dikaitkan dengan konsumsi dan kebanyakan diasumsikan sebagai investasi; sehingga tingkat pengembalian dari pendidikan secara umum tidak terungkap.

Keuntungan dari pendidikan dapat berupa keuntungan moneter atau non-moneter dan pribadi atau sosial. Pengembalian moneter dapat diukur sehingga menjadi yang paling banyak digunakan dalam kajian manfaat-biaya. Faktor sosial luar dari pendidikan sulit diukur sehingga jarang dijadikan dasar dalam memperkirakan pengembalian untuk pendidikan.

Keuntungan langsung untuk individu yang umumnya diukur berdasarkan peningkatan daya pendapatan setelah menyelesaikan program pendidikan. Kemampuan alami individu, ambisi, hubungan keluarga, status ekonomi dan sosial keluarga, harta warisan, ras, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi potensi pendapatan di masa depan, namun tidak dapat diukur secara akurat. Misalnya, telah diestimasikan bahwa sekitar 5 sampai 35 persen perbedaan pendapatan dapat dikaitkan dengan perbedaan keterampilan, sementara Griliches dan Mason telah menghitung bias kterekaitan pada keterampilan yang hanya sekitar 10 persen. Walaupun perkiraan pengaruh keterampilan alami pada pengembalian ekonomi sangat bervariasi, pernataan penting tidak menjadi sumber utama bias penentuan pengembalian investasi dalam pendidikan.

Metode yang paling banyak digunakan untuk menghitung manfaat-biaya dari pendidikan adalah melalui analisis tingkat pengembalian. Pendekatan ini dipertimbangkan biaya pendidikan bagi individual dan masyarakat serta menghubungkannya dengan keuntungan masing-masing. Keuntungan diukur hanya dalam hal banyaknya penghasilan selama masa kerja dari mereka yang memperoleh pendidikan. Analisis tingkat pengembalian menggambarkan alternatif utama kajian sumber daya manusia untuk perencanaan pendidikan. Metode sumber daya maniusia mencari perkiraan permintaan dan persediaan dari kinerja oleh bermacam-macam tingkat dan jenis pendidikan, sedangkan pendekatan tingkat pengembalian  menentukan keuntungan ekonomi dari memperoleh jenis pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya, seseorang dapat menghitung tingkat pengembalian untuk bermacam-macam program pelatihan kejuruan atau untuk investasi  dalam hal guru atau pendidikan resmi di universitas. Analisis tingkat pengembalian mengukur permintaan untuk jenis pelatihan tertentu di antara bermacam-macam jenis kelompok pekerjaan.

Tingkat pengembalian adalah interaksi antara beberapa efek permintaan-dan-penyediaan. Kelompok-kelompok ini mungkin akan beroperasi secara berbeda seiring waktu dalam kelompok umur yang bermacam-macam. Kelebihan penyediaan pengacara akan cenderung menurunkan biaya resmi, mengurangi pengembalian untuk investasi dalam pendidikan resmi. Walaupun kebebasan pasar tidak bekerja penuh untuk guru sekolah publik dibandingkan pengacara karena kontrol negara terhadap gaji, bagaimanapun, kelangkaan guru di beberapa area geografis atau di bidang studi tertentu akan tercermin dalam penawaran gaji yang lebih besar untuk menarik guru-guru yang kompeten dan tingkat pengembalian yang tinggi.

Dua metode digunakan untuk pengukuran biaya dan manfaat, pendekatan nilai jaringan kekinian dan tingkat pengembalian internal. Endekatan yang disebut pertama adalah jumlah manfaat dikurangi jumlah biaya, jumlah keduanya didiskon pada tingkatan yang tepat. Hasilnya adalah pembayaran di masa depan. Pendekatan ini membutuhkan manfaat yang dikurangi biaya untuk lebih dari nol. Untuk menjelaskan secara menyeluruh, nilai manfaat dan biaya dapat ditentukan kapan saja. Jika seseorang memandang ke depan, diasumsikan bahwa uang yang diinvestasikan hari ini dalam pendidikan dapat juga diinvestasikan dalam sumber pendapatan alternatif lainnya. Jadi, sangat penting untuk mempertimbangkan bunga yang dapat diperoleh dengan investasi alternatif ini. Penelitian jenis ini biasanya akan melibatkan 2 atau 3 alternatif tingkat diskon dari kemungkinan 5, 8, dan 12 persen. Pendekatan ini juga melibatkan tingkat diskon dalam rumus dan dimodifikasi sampat nilai keuntungan yang sekarang sama dengan nilai biaya yang sekarang.

Cara lain adalah dengan menggunakan IROR (Internal Rate-of-Return) atau tingkat pengembalian internal, yang tidak menggunakan tingkat diskon internal. Melainkan, IROR berkaitan dengan hubungan biaya dan manfaat, bukan total jumlahnya. Dalam penghitungannya, tingkat pengembalian dihitung dan hasilnya dibandingkan dengan tingkat diskon tertentu. IROR secara visual dapat digambarkan sebagai tingkat bunga yang menyamakan nilai manfaat saat ini dengan nilai biaya saat ini.

Cara ketiga adalah perbandingan manfaat-biaya, yang membandingkan manfaat ketika perbandiingan dihasilkan, yang jika penyatuannya berlebih, akan menghasilkan hasil yang positif.

0 respon: