Screenshot taken from Shingeki no Kyoujin Episode 22 |
Yak, ayo kita lanjut lagi terjemahannya~. And oh look, it's part 5! I've been talking about number five a lot lately, don't I?
Sejauh ini kita telah mempertimbangkan sebagian keuntungan investasi dalam pendidikan. Nilai pendidikan secara keseluruhan juga harus dipandang dalam hal kemungkinan sosial dan konsekuensinya. Keuntungan moneter yang dipertimbangkan dalam tingkat pengembalian hanya nilai pendapatan yang meningkat dari individu dan nilai pajak tambahan yang dikumpulkan oleh negara. Sebenarnya, pengembalian moneter langsung tidak mencakup semua pengembalian ekonomi yang meningkat secara perlahan dari investasi dalam pendidikan. Dalam konteks ekonomi yang lebih luas, keuntungan adalah:
Sejauh ini kita telah mempertimbangkan sebagian keuntungan investasi dalam pendidikan. Nilai pendidikan secara keseluruhan juga harus dipandang dalam hal kemungkinan sosial dan konsekuensinya. Keuntungan moneter yang dipertimbangkan dalam tingkat pengembalian hanya nilai pendapatan yang meningkat dari individu dan nilai pajak tambahan yang dikumpulkan oleh negara. Sebenarnya, pengembalian moneter langsung tidak mencakup semua pengembalian ekonomi yang meningkat secara perlahan dari investasi dalam pendidikan. Dalam konteks ekonomi yang lebih luas, keuntungan adalah:
“(1) segala
sesuatu yang meningkatkan produksi; (2) segala sesuatu yang mengurangi
kebutuhan dari beban biaya seperti penguatan hukum, sebagai akibatnya
melepaskan sumber daya untuk penggunaan alternatif; dan (3) segala sesuatu yang
meningkatkan kemungkinan kesejahteraan secara langsung, seperti pengembangan
kesadaran sosial dari lingkungan seseorang.”
Peningkatan Produktifitas Kerja.
Pertama-tama, hal ini merujuk pada penguatan secara
keseluruhan pada sistem ekonomi melalui peningkatan produktifitas pekerja. Hal
ini bukanlah pengembalian moneter langsung untuk pendidikan, tetapi faktor
ekonomi eksternal dari pendidikan. Tentunya, sebagaimana yang telah
didokumentasikan oleh Denison, kekayaan manusia memang tidak hanya menentukan
produktifitas optimal sebuah negara, tetapi juga kontributor utamanya. Dalam
beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah mengalami penurunan relatif dalam produktifitas pekerja yang tidak dapat
dikaitkan dengan penurunan tingkat pendidikan tetapi lebih pada ketidakcukupan
formasi kekayaan dan tergantinya aset fisik dari firma-firma industri besar di
Amerika Serikat. Terlebih lagi, dalam beberapa kasus, penurunan relatif dapat
juga dikaitakn dengan perencanaan yang kurang baik dan kualitas praktek
manajemen yang dipertanyakan.
Secara keseluruhan, bagaimanapun, pendidikan dapat
meningkatkan lingkungan umum tempat dilaksanakannya produksi, mempunyai efek
positif melebihi mereka yang benar-benar mendapatkan pendidikan. Orang tedidik
mungkin lebih siap untuk lolos atau menerima latihan darpada yang tidak
terdidik atau mungkin cukup lebih
meningkatkan faktor-faktor motivasi dan psikologis yang produktif.
Walaupun nilai pendidikan yang berhubungan dengan
pekerjaan masih dipertanyakan dan serangan langsung pada kredensialisme telah
diluncurkan pada beberapa tahun terakhir, nilai pendidikan untuk pekerjaan
sudah mulai terlihat. Seseorang yang lebih terdidik dalam pasar kerja menerima
perlakuan yang lebih baik dari pemberi pekerjaan. Entah ini dinyatakan sebagai
hal yang sangat tidak relevan jika pasar merespon dengan cara ini. Pemberi
pekerjaan sepetinya menyadari bahwa pekerja terdidik mempunyai pengaruh eksternal
yang baik pada pekerja lain dan pada firma secara umum. Ketergantungan muncul
saat pekerja dan firma mempunyai ketertarikan finansial dalam pendidikan teman
sepekerjaannya.
Para pengusaha percaya bahwa pendidikan pekerja
meningkatan potensi finansial perusahaan. Ada hubungan positif tertentu di
antara jumlah pendidikan formal dan pelatihan semasa kerja yang diterima.Perusahaan-perusahaan
sepertinya menemukan bahwa produktifitas lebih tinggi dapat dicapai dengan
biaya lebih rendah dari menginvestasikan pekerja tedidik. Keuntungan lebih
besar dapat diambil dengan menambahkan pelatihan kerja pada pengetahuan yang
telah diperoleh dari sekolah formal. Mungkin juga pengusaha merespon sebagai
bagian dari keinginan pekerjanya sendiri untuk menginvestasikan dirinya, karena
investasi pengusaha dalam pekerja
terlihat meningkatkan kurang lebih sama proporsinya dengan investasi pekerja
sendiri dalam pendidikan.
Semakin sedikit pengalaman, semakin besar jumlah pengangguran. Rata-rata, orang yang kehilangan
pekerjaan telah mempunyai hampir setahun dan setengah kurang pendidikan
daripada orang yang tetap mendapatkan pekerjaan. Bisnis pekerjadan pengangguran
berhubungan dengan permintaan konsumen untuk barang dan jasa. Walaupun
korelasinya lemah, tenaga kerja terdidik, yang secara umum dipekerjakan di
bidang jasa, mempunyai stabilitas pekerjaan yang lebih tinggi. Beberapa fakta
juga menunjukkan bahwa alam area ekonomi tertentu, kekayaan fisik lebih
cenderung tergantikan untuk yang tidak berketerampilan daripada pekerja
berketerampilan. Konsekuensinya, kinerja tenaga kerja terdidik lebih rentan
menganggur karena kemajuan teknologi dan fluktuasi jenis barang tertentu dan
metode produksinya. Jadi pendidikan dapat dipandang sebagai sejenis garis
pribadi dan sosial terhadap pemutusan hubungan kerja karena teknologi. Weisbrod
meneybut ini “pilihan garis”, nilai ketika sesuatu sulit diukur. Lebih jauh
lagi, pekerja yang tidak terdidik dan tidak mempunyai pengalaman yang
berpenghasilan kurang dari gaji minimal mempunyai tingkat pengangguran yang
lebih tinggi. Pekerja yang lebih terdidik juga mungkin mempunyai batasan dalam
komunikasi, pola pikir, fleksibilitas, dan adaptabilitas. Dan juga, semakin
terdidik pekerja, semakin besar pula kesempatan pekerja tersebut mendapatkan
ide-ide dan pengetahuan baru.
Proses produksi dapat dipandang sebagai transformasi
sumber daya menjadi barang dan jasa. Transformasi tersebut secara umum lebih
efisien jika prosesnya menggunakan pekerja terdidik, walaupun sifat alami interaksi
antara pendidikan dan produktifitas ekonomi tidak diketahui. Bowen membuat
daftar 6 cara menaikan produktifitas pekerja dengan pendidikan:
(1) Kuantitas produk----pekerja dengan pendidikan lebih tinggi menghasilkan
lebih banyak barang dan jasa dalam waktu tertentu karena keterampilan,
kecepatan pengetahuannya.
(2) Kualitas produk----pekerja terdidik menghasilkan barang yang lebih baik dan
memberikan jasa dengan keterampilan dan sensitifitas pada kondisi manusia.
(3) Campuran produksi----pekerja terdidik dapat menghasilkan barang dan jasa
yang berdaya jual tinggi.
(4) Partisipasi dalam kinerja----pekerja terdidik tidak terlalu rentan terhadap
kehilangan waktu dari masa menganggur dan masa sakit, dan biasanya dapat
dilihat dari aspirasinya yang tinggi.
(5) Kemampuan alokatif----pekerja, melauli pendidikan, lebih memiliki kemampuan
dalam menilai bakatnya sendiri; untuk mendapatkan keterampilan yang lebih
tinggi; dan untuk lebih menerima teknologi, produk dan gagasan baru.
(6) Kepuasan kerja----pekerja terdidik lebih memiliki kepuasan kerja yang lebih
besar karena mereka cenderung mendapatkan pekerjaan dengan reward psikis yang lebih tinggi.
Machlup telah
merangkum pengaruh pendidikan pada peningkatan produktifitas sebagai berikut:
“Dengan mempertimbangkan ... peningkatkan
kualitas pekerja, pendidikan dapat mempunyai peranan yang sangat signifikan.
Pengaruh positif dapat diharapkan pada lima skor: (a) kebiasaan bekerja yang
lebih baik dan disiplin, peningkatan niat bekerja, dan reliabilitas yang lebih
tinggi; (b) kesehatan yang lebih tinggi melalui gaya hidup yang lebih bersih;
(c) peningkatan keterampilan, pemahaman yang lebih baik dari ketentuan kerja,
dan peningkatan efisiensi; (d) adaptabilitas pada perubahan moneter, khususnya
dalam pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan evaluasi informasi baru yang cepat,
dan, secara umum, reaksi yang cepat pula; dan (e) peningkatan kemampuan untuk
bergerak ke pekerjaan yang lebih produktif saat muncul kesempatan. Semua
tingkat pendidikan dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pekerja.”
Pendidikan pada dasarnya
berbeda dari kebanyakan layanan masyarakat atau sosial. Pendidikan membangun
investasi dalam pengetahuan dan keahlian yang dapat menghasilkan keuntungan
sosial dan ekonomi di masa depan. Pendidikan berbeda secara material dari
bantuan pemerintah yang dapat dianggap sebagai perawatan pada kekayaan manusia
dibandingkan perkembangan. Walaupun
pembayaran biaya kesehatan bagi yang membutuhka dapat membantu mengembalikan
kinerja mereka atau, bagaimanapun tidak ada program masyarakat yang benar-benar
meningkatkan nilai dari kekayaan manusia. Sumber daya manusia yang sama tetap
terlpelihara tetapi tidak sepenuhnya meningkat. Yang lebih tidak produktif
adalah pengeluaran untuk penjagaan polisi dan sistem penjara.
Sementara
setiap masyarakat mengeluarkan jumlah uang yang banyak untuk kepentingan
umum,keuntungannya tidak dapat dinyatakan sebagai investasi dalam perkembangan nilai
manusia kecuali dalam arti secara sempit jika rehabilitasi para darapidana
benar-benar menghasilkan kinerja pekerja baru sebagai faktor positif dalam
proses produksi. Pengeluaran yang merugikan harus dipandang sebagai hal yang
tidak produktif secara ekonomi. Memang benar bahwa keuntungan dari
layanan-layanan masyarakat ini tidak dapat cukup sepenuhnya, sudah jelas bahwa
bantuan pendidikan masyarakat cukup berbeda dari layanan yang termasuk layanan
sosial, dan pendidikan tidak seharusnya dianggap demikian oleh para pembuat
kebijakan. Ada perbedaan mendasar antara pelestarian nilai manusia dan
perkembangannya.
0 respon: