Wut? Theme? |
DISCLAIMER: Ini adalah terjemahan dari sebuah buku tentang Seni Tari. Saya bukan pengarang buku yang bersangkutan dan tidak bertanggungjawab terhadap konten buku tersebut. Post ini hanya ditujukan untuk berbagi materi yang ada di dalam buku ini.
Deskripsi materi
tematik dalam buku ini diilustrasikan dengan aktifitas verbal yang saya perkenalkan
dalam pelajaran. Secara umum, persiapan dan praktek pada sebuah tema sama
banyaknya baik itu bagi siswa senior ataupun junior. Dalam sebuah pelajaran
kreatif saya menghabiskan waktu dengan mendiskusikan topik, lalu sisa
pelajarannya digunakan untuk praktek. Dalam beberapa diskusi kreatif kami
tentang gagasan, reaksi siswa cukup sederhana dan singkat tetapi pada kelas
yang berstandar tinggi saya mengharapkan respom yang lebih tanggap.
Seseorang
menggunakan energi yang cukup banyak didalam kelas untuk dapat lebih menerima
proses kreatif. Seseorang harus memadukan sensitifitas sebuah kelompok dengan
menggunakan image memperluas perwujudan mental dalam kualitas dan makna.
Pemilihan bahasa dalam menjelaskan materi tematik sebaiknya puitis dan jelas,
ekspresif mengenai fakta atau fantasi, apakah sebuah tema polos atau rumit,
sederhana atau mewah, fantastis, konyol atau tragis, dan apakah berkaitan
dengan alam atau manusia. Seseorang harus mengajukan pertanyaan tentang sebuah
topik dengan cara yang stimulatif; untuk menghasilkan pemikiran kreatif dan
konsep yang akan diterjemahkan ke dalam pergerakan kreatif.
Seseorang harus
dapat menentukan nilai kontribusi dalam media apapun yang siswa pilih sebagai
keluasan ide. Pertukaran ide dapat sangat insfiratif, dengan keberagaman sudut
pandang, walaupun pandangan tersebut serampangan.
Seseorang harus
berpengetahuan dalam menanggapi stimulus dari keberagaman kesan(dari 30 sampai
40 siswa di kelas) dan juga cepat, dalam mengatur materi tematik menjadi pola
yang dapat di mengerti dimana seseorang dapat menghasilkan progres menuju
sebuah perkembangan logis dari tema tersebut.
Tahap
selanjutnya adalah diskusi diantara kelas dan instruktur tentang cara materi
tematik dipersentasikan dalam bentuk tarian yang indah. Ada berbagai keputusan
yang dapat diambil mengenai apakah usaha kreatif berupa individu atau kelompok.
Apakah bentuknya harus berkembang melalui improvisasi atau sebagai struktur
yang direncanakan dengan hati-hati dalam sebuah komposisi. Kelompok mungkin
beerkeinginan untuk membuat pengatur dengan ide secara keseluruhan yang di
ambil dari puisi disertai gerakan, mencari proferti, atau menggunakan musik
sebagai iringan, sehingga menimbulkan atmosfir yang ingin mereka sampaikan.
Pertukaran ide dan saran biasanya dalam hal gerakan, hubungan, dan penggunaan
ruang yang individu tertentu didalam kelas yakini akan mewujudkan jangkauan dan
ciri utama sebuah tema. Pada dasarnya ada berbagai reaksi terhadap tema dan
cara tema tersebut diwujudkan dalam gerakan. Beberapa gerakan dan desai ruang
yang mereka tau – sementara yang lain bereaksi melawan hal ini dan terinspirasi
pada pendekatan solusi masalah kreatif tertentu dengan penelitian, menginginkan
untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda dan baru secara visual.
Bagaimanapun
cara yang dipilih untuk menangani gerakan materi tematik dengan kualitas dan
desain tersendiri, nilai eksperimen kreatif terletak pada pertumbuhan manusia
seiring dengan perjuangannya untuk menemukan cara mengekspresikan dirinya.
Vitalitas kelas
perlu dipersiapkan menuju tahap akhir perkembangan kreatif. Ini adalah saat
dimana pikiran mereka pola pikir mereka masuk pada kesadaran dan pada saat
mereka mempunyai kebebasan serta keragaman untuk mengembangkan diri mereka
dalam menemukan wujud yang efektif untuk ide mereka, dengan suatu orginalitas.
Kelas menyebar untuk mengembangkan diri mereka secara indivenden. Ruang akan
terasa hidup dengan tarian siswa yang membentuk materi mereka. Pola lantai dan
desain gerakan berubah secara konstan sampai siswa merasa bahwa mereka telah
mencapai sebuah ikatan dengan topik materi. Terlepas dari dinamika dan ritme
gerakan menimbulkan semacam energi dan komplensitas baru yang meninggikan daya
tarik gerakan.
Harmoni dari
gerakan ini bergantung pada keterlibatab total seseorang dengan kelas dan
berkaitan dengan interfretasi gagasan secara individual. Harmoni tersebut akan
bergantung pada seberapa banyak anda melibatkan diri anda dengan para siswa dan
seberapa banyak mereka melibatkan diri mereka pada sebuah gerakan. Harmoni
tersebut akan berbuah oleh siswa yang berkembang sebagai individu kreatif yang
membuat usaha kreatif yang original.
Seiring segmen
demi segmen desain kreatif dibangun, saya biasanya pergi ke kelompok-kelompok
berbeda dan mengamati pekerjaan mereka. Saya memberi nasehat, membimbing,
merubah atau mendesain ulang jika diminta; “Mungkin penggunaan ruang yang
sesuai; kontras dalam hal gerakan; perubahan arah; sebuah aspek linier dalam
desain; bentuk yang besar dan mencolok; instrumen yang dapat menambah pengaruh
makna. Menangkap yang tak berwujud; misteri suasana hati.” Kelompok-kelompok
tersebut belajar memilah gerakan; untuk menjembatasi celah antara makna dan
bentuk kreatif. Mereka belajar secara kreatif tentang keberadaan emosi dalam
subjek yang terlibat; kemudian mereka bereksperimen dengan barisan dan elemen
ekspresif dari dinamika tekanan antar figur.
Seluruh
pekerjaan kreatif ini pada dasarnya meluas seiring periode pengajaran saat
bentuk keseluruhan berubah dan beberapa tarian yang ditemukan oleh siswa
menimbulkan arah baru atau memperluas variasi. Saya sering bekerja dengan salah
satu kelompok, menyimak mereka saat membicarakan jenis desain yang mereka
inginkan, atau tipe kualitas gerakan yang dibutuhkan dari sebuah gestur. Pada
saat perlengkapan konsep kreatif tema, saya kemudian menghabiskan lebih banyak
waktu pada tahap akhir karya tersebut.
Seseorang
mengamati usaha kreatif dalam hal desain keseluruhan; kecocokan gerakan;
pemilihan lagu atau proferti; orginalitas gerakan; mood atau atmosfir yang
dapat di timbulkan oleh karya tersebut. Penghargaan kritis ini memakan waktu
tetapi membangun sebuah lingkungan dimana siswa dapat melihat ke karya mereka
sendiri dan orang lain dan belajar menilainya secara objektif.
Saya menyarankan
kelas agar selektif dan memilah-milah pendapat mereka—untuk melihat setiap
karya kreatif dengan sudut pandang berbeda dan untuk menghargai usaha kreatif
original. Pendekatan kreatif ini dapat berkembang nanti menjadi sebuah
komposisi untuk yang menggabungkan pikiran kreatif dengan praktek dalam
manipulasi yang lebih fomal dari elemen-elemen komposisi. Pengalaman kreatif
dini ini membantu siswa menemukan sendiri sumber kreatif dan respon kritis
serta evaluasi estetika.
0 respon: